Sabtu, 08 November 2014

Psikologi Manajemen Tugas ke-2


PSIKOLOGI MANAJEMEN
1.      Teori motivasi yang tepat untuk proses kerja karyawan adalah…
a.      Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan, yang dikembangkan oleh Adams bersibuk diri dengan memberi batasan tentang apa yang dianggap adil atau wajar oleh orang dalam kebudayaan kita ini, dan dengan reaksi-reaksi mereka kalau berada dalam situasi-situasi yang dipersepsikan sebagai tidak adil/wajar. Salah satu asumsi dari Adams ialah bahwa jika orang melakukan pekerjaannya dengan imbalan gaji/ penghasilan, mereka memikirkan tentang apa yang mereka berikan pada pekerjaannya (masukan) dan apa yang mereka terima untuk keluaran kerja mereka. Masukan adalah segala sesuatu yang dianggap oleh tenaga kerja sebagai yang patut menerima imbalan. Misalnya, pendidikan, jumlah jam kerja, pengalaman kerja. Keluaran adalah segala jenis hal yang dipersepsikan orang sebagai imbalan terhadap upaya yang diberikan. Misalnya, gaji, tunjangan, dan penghargaan/ pengakuan.
Contoh: sekretaris seorang kepala bagian merasa bahwa berdasarkan kesibukannya sehari-hari ia bekerja jauh lebih keras (sampai harus lembur) dari pada sekretaris dari kepala bagaian yang lain, sehingga mengharapkan hasil-keluaran gaji yang lebih besar daripada rekannya. Ia akan merasa tidak adil jika ternyata gaji yang diterima sama besarnya dengan gaji yang diterima oleh rekannya. Seharusnya jika dilihat dari kerjanya sekretaris itu harus pantas mendapatkan gaji yang lebih tinggi sebagai penghargaan atas jam kerjanya serta agar sekretaris itu tetap semngat bekerja.

b.      Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori motivasi ini yang dikebal sebagai teori ERG singkatan dari Existence, Relatedness, dan Growth needs, dikembangkan oleh Alderfer, dan merupakan satu modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow. Alderfer mengelompokkan kebutuhan kedalam tiga kelompok:
1.      Kebutuhan eksistensi (existence needs)
Merupakan kebutuhan akan substansi material seperti keinginan untuk memperoleh makanan, air, perumahan, uang, mebel, dan mobil. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari Maslow.
2.      Kebutuhan hubungan (relatedness needs)
Merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Individu berkeinginan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain yang dianggap penting dalam kehidupan mereka dan mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan sosial  dan bagian eksternal dari kebutuhan esteem (penghargaan) dari Maslow.
3.      Kebutuhan pertumbuhan ( growth needs)
Merupakan kebutuhan-kebuthan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka secara penuh. Selain kebuthan aktualisasi diri, juga mencakup bagian intrinsik dari kebutuhan harga diri dari Maslow.

c.       T eori Dua Faktor
Teori dua faktor juga dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Dengan menggunakan metode insiden kritikal. Ia temukan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasaan kerja, yang ia namakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan, baik faktor intrinsik (tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, capaian, dan pengakuan) dan ekstrinsik (administrasi dan kebijakan perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan antarpribadi, dan kondisi kerja). Kelompok faktor ini dinamakan kelompok hygiene. Jika faktor dirasakan kurang atau tidak diberikan, maka tenaga kerja akan merasa  tidak puas.
Contoh: seorang karyawan yang memiliki tingkat semangat kerja yang tinggi berusaha meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan tersebut, tetapi hasi dari kerja kerasnya tersebut kurang mendapatkan pengakuan atau respon yang baik dari atasannya atas unjuk kerjanya tersebut, maka karyawan tersebut merasa tidak puas (Faktor Intrinsik-Recognition). Karyawan juga merasa tidak puas apabila unjuk kerjanya mendapatkan pengakuan dan respon dari atasannya dan mempunyai dampak yang positif bagi perusahaan, tetapi gaji yang di terima tidak sebanding dengan unjuk kerjanya (faktor ekstrinsik-gaji). Tetapi jika unjuk kerjanya mendapatkan pengakuan dari atasannya, lalu mendapatkan imbalan atas unjuk kerja hal ini akan memotivasi dan menjadi penyemangat bagi para karyawan agar bekerja lebih keras.

2.      Teori yang menjelaskan tentang pola kepemimpinan (Otokratik, Demokratik, dan Permisif) adalah….
a.      Pola Kepemimpinan Otokratik
Gaya kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir  tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Ciri-ciri:
                  a.       Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin
b.      Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas
c.       Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota
d.      Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
e.       Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja
f.       Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota
g.      Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.
Kelemahan
a.       Perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuman.
b.      Akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan keputusan maka kreatif akan tidak pernah tersalurkan dan berkembang.
c.       Timbul sikap apatis, menunggu perintah baru bekerja.
d.      Kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin, sifatnya statis karena mengulangi sesuatu ang dianggap sudah benar.
Analisa Situasi
Pada suatu perusahaan, kepala cabang sedang men-training karyawan baru, tetapi cara ia melatih tidak tepat, ia hanya memerintahkan karyawan tersebut untuk mempelajari apa yang akan menjadi pekerjaan mereka hanya melalui komputer saja tanpa adanya bantuan dari sang kepala cabang. lalu setelah karyawan tersbut mempelajari, kepala cabang tersebut memberikan tugas. Hanya sekedar memberi tidak menjelaskan apa yang harus di kerjakan oleh karyawan tersebut.

b. Pola Kepemimpinan Demokratik
         Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota - anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran- saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota - anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
Kekurangan
dari kepemimpinan demokratis adalah, karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka  memiliki banyak sekali  pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan sehingga Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan
Kelebihan
gaya kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya. Kelemahan gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat
Analisa Situasi
Pada suatu Bank ternama, manager marketing sedang mengadakan rapat, dan memberikan cara bagimana upaya para marketing mampu menarik hati pelanggan. Dalam satu ruangan sang managerpun memperagakan bagaimana cara berbicara dan bahasa tubuh yang baik untuk menarik pelanggan, setelah itu sang maangerpun menunjuk semua anak buahnya yang ada dalam rapat itu untuk menirukan apa yang ia lakukan tadi satu per satu. Setelah semua karyawan memperagakan, manager mempertanyakan bagian mana yang masih sulit untuk dilakukan karyawan, lalu manager itu memberikan solusi bagi setiap karyawannya.

c.       Pola Kepemimpinan Permisif
Gaya kepemimpinan ini mengutamakan kebersamaan dan kepuasan terhadap anggotanya. Apabila kepuasan telah tercipta maka akan menyebabkan suasana yang kondusif pada lingkungan kerjanya. Dalam pola ini di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam gaya ini.
Ciri-ciri
a.       Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri
b.      Mengiyakan semua saran
c. Lambat dalam membuat keputusan
d. Banyak mengambil muka kepada bawahan
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan
Analisa Situasi
suatu bagian dari salah satu perusahaan ternama sedang mengadakan rapat. Manger bagian bersangkutan (misalnya manager konsumer). Ingin meminta saran kepada setiap anak buahnya yang mengikuti rapat. Dalam rapat tersebut semua anak buah memberikan saran. Manager memilih semua saran yang diberikan anak buahnya tanpa di pilih dahulu mana saran yang dianggap tepat atau tidak. Sehingga karyawan merasa senang karna mereka berpikir bahwa pendapat mereka semua diterima dengan baik oleh managernya. Padahal managernya tidak bisa memilih mana saran yang tepat, jadi manager itu hanya ingin membuat karyawan senang atas tindakannya tersebut.
Daftar Pustaka
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press
Husna, Asmara. (1985). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia