PSIKOLOGI MANAJEMEN
1.
Teori motivasi yang tepat untuk proses
kerja karyawan adalah…
a.
Teori
Keadilan (Equity Theory)
Teori
keadilan, yang dikembangkan oleh Adams bersibuk diri dengan memberi batasan
tentang apa yang dianggap adil atau wajar oleh orang dalam kebudayaan kita ini,
dan dengan reaksi-reaksi mereka kalau berada dalam situasi-situasi yang
dipersepsikan sebagai tidak adil/wajar. Salah satu asumsi dari Adams ialah
bahwa jika orang melakukan pekerjaannya dengan imbalan gaji/ penghasilan,
mereka memikirkan tentang apa yang mereka berikan pada pekerjaannya (masukan)
dan apa yang mereka terima untuk keluaran kerja mereka. Masukan adalah segala
sesuatu yang dianggap oleh tenaga kerja sebagai yang patut menerima imbalan.
Misalnya, pendidikan, jumlah jam kerja, pengalaman kerja. Keluaran adalah
segala jenis hal yang dipersepsikan orang sebagai imbalan terhadap upaya yang
diberikan. Misalnya, gaji, tunjangan, dan penghargaan/ pengakuan.
Contoh:
sekretaris
seorang kepala bagian merasa bahwa berdasarkan kesibukannya sehari-hari ia
bekerja jauh lebih keras (sampai harus lembur) dari pada sekretaris dari kepala
bagaian yang lain, sehingga mengharapkan hasil-keluaran gaji yang lebih besar
daripada rekannya. Ia akan merasa tidak adil jika ternyata gaji yang diterima sama
besarnya dengan gaji yang diterima oleh rekannya. Seharusnya jika dilihat dari
kerjanya sekretaris itu harus pantas mendapatkan gaji yang lebih tinggi sebagai
penghargaan atas jam kerjanya serta agar sekretaris itu tetap semngat bekerja.
b.
Teori
Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori
motivasi ini yang dikebal sebagai teori ERG singkatan dari Existence,
Relatedness, dan Growth needs, dikembangkan oleh Alderfer, dan merupakan satu
modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow.
Alderfer mengelompokkan kebutuhan kedalam tiga kelompok:
1. Kebutuhan
eksistensi (existence needs)
Merupakan kebutuhan
akan substansi material seperti keinginan untuk memperoleh makanan, air,
perumahan, uang, mebel, dan mobil. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan
fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari Maslow.
2. Kebutuhan
hubungan (relatedness needs)
Merupakan kebutuhan
untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka
menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Individu berkeinginan untuk berkomunikasi
secara terbuka dengan orang lain yang dianggap penting dalam kehidupan mereka
dan mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan sosial
dan bagian eksternal dari kebutuhan esteem
(penghargaan) dari Maslow.
3. Kebutuhan
pertumbuhan ( growth needs)
Merupakan
kebutuhan-kebuthan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka
secara penuh. Selain kebuthan aktualisasi diri, juga mencakup bagian intrinsik
dari kebutuhan harga diri dari Maslow.
c.
T
eori Dua Faktor
Teori
dua faktor juga dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg.
Dengan menggunakan metode insiden kritikal. Ia temukan bahwa faktor-faktor yang
menimbulkan ketidakpuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasaan kerja, yang ia
namakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari
pekerjaan, baik faktor intrinsik (tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu
sendiri, capaian, dan pengakuan) dan ekstrinsik (administrasi dan kebijakan
perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan antarpribadi, dan kondisi kerja).
Kelompok faktor ini dinamakan kelompok hygiene. Jika faktor dirasakan kurang
atau tidak diberikan, maka tenaga kerja akan merasa tidak puas.
Contoh:
seorang karyawan yang memiliki tingkat semangat kerja yang tinggi berusaha
meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan tersebut, tetapi hasi dari kerja
kerasnya tersebut kurang mendapatkan pengakuan atau respon yang baik dari
atasannya atas unjuk kerjanya tersebut, maka karyawan tersebut merasa tidak
puas (Faktor Intrinsik-Recognition).
Karyawan juga merasa tidak puas apabila unjuk kerjanya mendapatkan pengakuan
dan respon dari atasannya dan mempunyai dampak yang positif bagi perusahaan,
tetapi gaji yang di terima tidak sebanding dengan unjuk kerjanya (faktor
ekstrinsik-gaji). Tetapi jika unjuk kerjanya mendapatkan pengakuan dari
atasannya, lalu mendapatkan imbalan atas unjuk kerja hal ini akan memotivasi
dan menjadi penyemangat bagi para karyawan agar bekerja lebih keras.
2. Teori yang menjelaskan tentang pola
kepemimpinan (Otokratik, Demokratik, dan Permisif) adalah….
a.
Pola Kepemimpinan Otokratik
Gaya
kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan
kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat
keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan
pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan.
Ciri-ciri:
a. Semua kebijakan ditentukan oleh
pemimpin
b. Teknik dan langkah-langkah
kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang
akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas
c.
Pemimpin biasanya membagi tugas
kerja bagian dan kerjasama setiap anggota
d.
Pemimpin kurang memperhatikan
kebutuhan bawahan
e.
Komunikasi hanya satu arah yaitu
kebawah saja
f.
Pemimpin cenderung menjadi pribadi
dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota
g. Pemimpin mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.
Kelemahan
a.
Perasaan takut dan ketegangan selalu
terdapat pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman
dan hukuman.
b. Akibat rasa takut maka orang yang
dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan keputusan maka kreatif akan tidak
pernah tersalurkan dan berkembang.
c.
Timbul sikap apatis, menunggu
perintah baru bekerja.
d. Kegiatan yang berlangsung adalah
kegiatan teknis dan rutin, sifatnya statis karena mengulangi sesuatu ang
dianggap sudah benar.
Analisa
Situasi
Pada
suatu perusahaan, kepala cabang sedang men-training
karyawan baru, tetapi cara ia melatih tidak tepat, ia hanya memerintahkan
karyawan tersebut untuk mempelajari apa yang akan menjadi pekerjaan mereka
hanya melalui komputer saja tanpa adanya bantuan dari sang kepala cabang. lalu
setelah karyawan tersbut mempelajari, kepala cabang tersebut memberikan tugas. Hanya
sekedar memberi tidak menjelaskan apa yang harus di kerjakan oleh karyawan
tersebut.
b.
Pola Kepemimpinan Demokratik
Pemimpin ikut berbaur di tengah
anggota - anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai
majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara saudaranya.
Dalam tindakan dan usaha – usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat dan saran- saran dari kelompoknya. Ia mempunyai
kepercayaan pula pada anggota - anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun
semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya
dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi
kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan
jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
Kekurangan
dari kepemimpinan demokratis adalah,
karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang
seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali
pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang
sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka
terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan
sehingga Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang
lebih banyak serta sulitnya
pencapaian kesepakatan
Kelebihan
gaya kepemimpinan demokratis dapat
menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa
memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya.
Kelemahan gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan
yang disukai daripada keputusan yang tepat
Analisa Situasi
Pada
suatu Bank ternama, manager marketing sedang mengadakan rapat, dan memberikan
cara bagimana upaya para marketing mampu menarik hati pelanggan. Dalam satu
ruangan sang managerpun memperagakan bagaimana cara berbicara dan bahasa tubuh
yang baik untuk menarik pelanggan, setelah itu sang maangerpun menunjuk semua
anak buahnya yang ada dalam rapat itu untuk menirukan apa yang ia lakukan tadi
satu per satu. Setelah semua karyawan memperagakan, manager mempertanyakan
bagian mana yang masih sulit untuk dilakukan karyawan, lalu manager itu
memberikan solusi bagi setiap karyawannya.
c. Pola Kepemimpinan Permisif
Gaya kepemimpinan ini mengutamakan
kebersamaan dan kepuasan terhadap anggotanya. Apabila kepuasan telah tercipta
maka akan menyebabkan suasana yang kondusif pada lingkungan kerjanya. Dalam pola ini di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam
kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya.
Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka
sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan
demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam
gaya ini.
Ciri-ciri
a. Tidak
ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri
b. Mengiyakan
semua saran
c. Lambat dalam membuat keputusan
d. Banyak mengambil muka kepada bawahan
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan
c. Lambat dalam membuat keputusan
d. Banyak mengambil muka kepada bawahan
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan
Analisa Situasi
suatu
bagian dari salah satu perusahaan ternama sedang mengadakan rapat. Manger bagian
bersangkutan (misalnya manager konsumer). Ingin meminta saran kepada setiap
anak buahnya yang mengikuti rapat. Dalam rapat tersebut semua anak buah
memberikan saran. Manager memilih semua saran yang diberikan anak buahnya tanpa
di pilih dahulu mana saran yang dianggap tepat atau tidak. Sehingga karyawan merasa
senang karna mereka berpikir bahwa pendapat mereka semua diterima dengan baik
oleh managernya. Padahal managernya tidak bisa memilih mana saran yang tepat,
jadi manager itu hanya ingin membuat karyawan senang atas tindakannya tersebut.
Daftar
Pustaka
Munandar,
Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta: UI-Press
Husna, Asmara. (1985). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta:
Ghalia Indonesia