KESEHATAN MENTAL
Tugas
Pertemuan 1
A.
Orientasi
kesehatan Mental
1. Orientasi
Klasik
Orientasi ini biasa
digunakan dalam dunia kedokteran, pada orientasi ini individu sehat adalah
individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, yang semuanya menimbulkan perasaan
sakit atau perasaan tak sehat, serta mengganggu efesiensi dan efektifitas
kegiatan sehari-hari, yang mencakup fisik dan mental.
2. Orientasi
Penyesuaian diri
Landasan orientasi ini
menyatakan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental.
Penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental.
Menurut orientasi ini, kesehatan mental adalah kondisi kepribadian individu
secara utuh.
3. Orientasi
Pengembangan Potensi
Individu yang sehat mental adalah
individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada
pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat
meningkatkan kualitas dirinya, yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Konsep
sehat
Menurut
WHO, sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Menurut
Pender (1982) sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
Menurut
UU NO. 23/1992 tentang kesehatan. Sehat/kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
C.
Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Perkembangan
kesehatan mental di bagi dalam empat zaman, yaitu:
1. Zaman
Prasejarah
Manusia purba sering
mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik tetapi, manusia purba
benar-benar merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit-penyakit fisik
lainnya. Pasien mental di zaman purba tetap diperlakukan secara manusiawi.
Mereka tidak dibuang dari masyarakat, di kurung di gua-gua, ditertawakan,
dipukuli, atau dibunuh. Penyakit mental pada zaman purba disebabkan oleh dua
faktor baik dari dalam (misalnya kekhawatiran terhadap sejumlah besar predator
di lingkungan sekitarnya) maupun dari luar atau lingkungan (cuaca buruk,
hilangnya binatang-binatang yang bisa di makan, tidak munculnya buah-buahan
pada musim semi)
2. Peradaban-Peradaban
Awal
Pada zaman ini penyakit
mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama dengan penderitaan-penderitaan
lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi
manusia. Pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang lebih terorganisasi, ilmu
kedokteran menjadi lebih terorganisasi waktu peradaban-peradaban menjadi lebih
maju.
3. Abad
Pertengahan
Pada zaman ini,
kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran. Banyak kebiasaan baik yang
telah lama di bina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dan hal
yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan dihidupkan
kembali.
4. Zaman
Renaisans
Meskipun para pasien
sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang tidak
berperikemanusiaan, namun di negara-negara tertentu di eropa suara-suara
diteriakkan oleh tokoh-tokoh agama, ilmu kedokteran, dan filsafat. Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin di
gambarkan dalam “terang dalam gelap”.
D.
Teori
Kepribadian Sehat
1. Aliran
Psikoanalisa
Psikoanalisis
merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendiri pertama kali
diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang
mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebeb-sebab gangguan
jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan
bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau
dorongan yang mencari permunculan dalam perilaku dan pikiran. Menurut teori
psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi
dari kesadaran individual. Dan apabila dorongan-dorongan ini tidak dapat
disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mangganggu
kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak
disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam
perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari”
atau unconscious motivation, menguraikan ide kunci dari psikoanalisa.
Psikolanalisa mempunyai metode untuk membongkar gangguan-gangguan yang terdapat
dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode
asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud
didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis
yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk
bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi
psikis yang berbeda, yaitu: Id, Ego, Super Ego.
> Id
merupakan bagian paling primitif dalam kepribadian dan dari sinilah nanti Ego
dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan
menghindari yang tidak menyenangkan.
> Ego
merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasarkan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,
yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang dipuaskan
oleh Id berdasarkan kenyataan.
> Super Ego
merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang
tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani
seseorang dimana berfungsi sebagai penilaian apakah sesuatu itu benar atau
salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan
pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang nampak diatas
permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di
bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran seperti impuls, ingatan,
nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
2. Aliran
Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang
sebagai bapak dari Psikologi Humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap
psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada
manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi humanistik dimulai di Amerika
Serikat Pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi humanistik
memandang behaviorisme mendahului manusia. Psikologi humanistik mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia.
Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang dikendalikan
oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran.
3. Pendapat
Fromm
Fromm
adalah ahli teori pertama yang dibicarakan sampai sekarang yang menyamakan
kesehatan psikologi dan kesehatan mental dengan kebahagiaan. Kebahagiaan
merupakan suatu bagian integral dari kepribadian sehat, bukan suatu hasil
sampingan yang terjadi kebetulan. Kebahagiaan merupakan hasil dari kehidupan
produktif dan membantu serta memajukan juga tingkat-tingkat prouktifitas yang
lebih tinggi. Kebahagiaan sungguh-sungguh merupakan suatu bagian dari kehidupan
sehat, sehingga dapat diambil sebagai bukti dari tingkat kesehatan psikologis
yang telah dicapai seseorang. Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya
sendiri tentang kepribadian. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa
kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam
masa kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi
perkembangan spesies manusia.
Fromm mengemukakan 5
kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan kemanan, yaitu:
1. Hubungan
2. Transdensi
3. Berakar
4. Perasaan
Identitas
5. Kerangka
Orientasi
E.
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri
merupakan istilah yang sangat sulit didefinisikan karena penyesuaian diri
mengandung banyak arti, kriteria untuk mengukur penyesuaian diri tidak dapat
dirumuskan secara jelas, dan penyesuaian diri dan lawannya ketidakmampuan
menyesuaikan diri memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan
di antara keduanya.
Dari segi pandangan psikologi, penyesuaian
diri memiliki banyak arti, seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam
menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan
pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik
dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson
menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beadaptasi, kemampuan berafeksi,
kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman,
toleransi terhadap frustasi, humor, sikap yang tidak ekstrem, objektivitas, dan
lain-lain (Tyson,1951).
Sumber : Schultz , Duane. 1991. Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta : Kanisius
Semiun, Yustinus. OFM. 2006. Kesehatan
Mental. Yogyakarta : Kanisus