Minggu, 06 April 2014

kesehatan mental tugas pertemuan 2



KESEHATAN MENTAL
Tugas Pertemuan 2
STRES
A.    Arti Penting Stres
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas, dan tegang. Dalam bahasa sehari-hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian.
Berikut, adalah pengertian stress menurut beberapa tokoh. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi untuk mengatasinya.
Rice (2002), mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000), mengatakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh memproduksi hormon adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
B.     Tipe-tipe Stres Psikologi
Jenis-jenis stres psikologi dibagi dua macam, yaitu: eustress dan distress. Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik, yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut dengan eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek yang positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.
Distress adalah jenis stres yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distres sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah.
Tipe stres menurut dibagi menjadi empat macam yaitu: Frustasi, Konflik, Tekanan, dan Kecemasan.
Tekanan timbul akibat dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri. Juga dapat berasal dari luar diri, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati.
Konflik timbul akibat dari ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami koflik dalam dirinya, bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant - avoidant conflict.
Frustasi muncul ketika adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Kecemasan merupakan kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya, seseorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.




C.     Symptom Reducing Respon Terhadap Stres
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu: coping yang berfokus pada masalah dan coping yang berfokus pada emosi.
Coping yang berfokus pada masalah adalah istilah lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Coping yang berfokus pada emosi adalah istilah lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
D.    Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Untuk mengatasi rasa stres, maka yang harus dilakukan adalah mencari tahu apa penyebab stres (stressor) tersebut. Setelah kita mengetahui apa penyebabnya, kita harus bisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah itu atau meminta bantuan pada orang lain. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Selain itu, bisa juga dengan meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis. Misalnya, secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
A.    Model Hubungan Interpersonal
1.     Pertukaran Sosial (Social Exchange)
Menurut teori ini manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapakan sesuatu dari hubungannya dengan orang lain. Kalau ia memiliki cukup kebebasan ia akan memutuskan hubungan tersebut, sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan, ia akan terjatuh masuk kedalam psikopatologi.
2.    Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Kemampuan memerankan peranan tertentu, serta mampu menghindari konflik peranan bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai peranan yang kontradiktif.
3.    Model Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai sebagai analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir, kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.    Model Interaksional
Hubungan interpersonal merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat struktural, integrali dan medan yang masing-masing saling terkait. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

B.     Pembentukan kesan dan Keterkaitan Interpersonal
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

1.      Proses pembentukan kesan
a.       Stereotyping
guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
b.      Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.

2.      Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.




C.     Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1.Persaudaraan
inti ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
2.Persahabatan
biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu: sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.

Sumber:
Munandar. A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Lazarus, A.A. 2006. Learning Theory and the Treatment of Depression. Behavior research and therapy 6, 83-89.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius




Tidak ada komentar:

Posting Komentar