KESEHATAN MENTAL
Tugas
Pertemuan 2
STRES
A.
Arti Penting Stres
Stres
dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas, dan tegang. Dalam
bahasa sehari-hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian.
Berikut,
adalah pengertian stress menurut beberapa tokoh. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan
sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
untuk mengatasinya.
Rice (2002),
mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang
menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000), mengatakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang
dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. situasi
ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres
ini sebagai respon stres.
Stres
adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres
membuat tubuh memproduksi hormon adrenaline
yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir
dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup
sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah
dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu
banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi
kesehatan.
B. Tipe-tipe
Stres Psikologi
Jenis-jenis
stres psikologi dibagi dua macam, yaitu: eustress
dan distress. Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik,
yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik.
Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau
bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut dengan eustress, dan secara
fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat
memiliki efek yang positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya
dalam jangka pendek.
Distress adalah
jenis stres yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional.
Distres sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut,
dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala
fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah.
Tipe
stres menurut dibagi menjadi empat macam yaitu: Frustasi, Konflik, Tekanan, dan
Kecemasan.
Tekanan
timbul akibat dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam
diri, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan
tekanan dalam diri. Juga dapat berasal dari luar diri, misalnya orang tua yang
menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati.
Konflik
timbul akibat dari ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat
untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami koflik dalam dirinya, bentuk
konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach
conflict, approach-avoidant conflict, avoidant - avoidant conflict.
Frustasi muncul
ketika adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Orang yang
memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu
ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Kecemasan
merupakan kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan,
ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan
akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya, seseorang anak yang sering
dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika
ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut
belum tentu marah padanya.
C. Symptom
Reducing Respon Terhadap Stres
Menurut
Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari
dua bentuk, yaitu: coping yang berfokus pada masalah dan coping yang berfokus
pada emosi.
Coping
yang berfokus pada masalah adalah istilah lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Coping
yang berfokus pada emosi adalah istilah lazarus untuk strategi penanganan stres
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
D. Pendekatan
Problem Solving Terhadap Stres
Untuk
mengatasi rasa stres, maka yang harus dilakukan adalah mencari tahu apa
penyebab stres (stressor) tersebut. Setelah kita mengetahui apa penyebabnya,
kita harus bisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah itu atau
meminta bantuan pada orang lain. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga
dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri.
Selain itu, bisa juga dengan meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara
meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis. Misalnya, secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang
selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun
dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
A. Model
Hubungan Interpersonal
1. Pertukaran Sosial (Social
Exchange)
Menurut teori ini manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan
kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapakan sesuatu dari hubungannya
dengan orang lain. Kalau ia memiliki cukup kebebasan ia akan memutuskan
hubungan tersebut, sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi
hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan, ia akan terjatuh masuk
kedalam psikopatologi.
2. Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara.
Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah
dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap
individu bertidak sesuai dengan peranannya. Kemampuan memerankan peranan
tertentu, serta mampu menghindari konflik peranan bila individu tidak sanggup
mempertemukan berbagai peranan yang kontradiktif.
3.
Model
Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan
salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai
sebagai analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan
individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam
permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua
atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa (bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir, kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.
Model
Interaksional
Hubungan interpersonal merupakan suatu sistem
yang memiliki sifat-sifat struktural, integrali dan medan yang masing-masing
saling terkait. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung
dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem
mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium
dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi
dan pelaksanaan peranan.
B. Pembentukan
kesan dan Keterkaitan Interpersonal
Tahap ini
sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang
permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga
dan sebagainya.
1.
Proses
pembentukan kesan
a.
Stereotyping
guru ketika
menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka
pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas.
Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya.
Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya
akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah
yang disebut stereotyping.
Stereotyping
ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita
jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan
pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu
pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai
kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua
sifat yang baik.
b.
Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik
orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne,
1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution),
tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi
merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan
psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap.
Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi
kejujuran.
2.
Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain
terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan
yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung
ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki
sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul
belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik
atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik
fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan
personal.
C. Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Sebagai
konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu
menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi
istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi
sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri
dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai
bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1.Persaudaraan
inti ini
didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan
terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu
didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
2.Persahabatan
biasanya terjadi pada dua individu
yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam
persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin
interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi
atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu:
sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling
tergantung diantara mereka.
Sumber:
Munandar.
A.S. 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Lazarus,
A.A. 2006. Learning Theory and the Treatment of Depression. Behavior research
and therapy 6, 83-89.
Sunaryo.
2002. Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Supratiknya, A. 1995. Mengenal
Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar